Wednesday, January 15, 2014

Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia


PENDAHULUAN

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi penderita anemia.
GEJALA KLINIS

Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor:
§  Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
§  Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif )

Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi gangguan mekanisme kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya. Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/atau infark miokard).

Anemia yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi berkurangnya volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan gejala mudah lelah,  lassitude  (tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan kematian.

PENYEBAB

Terdapat dua pendekatan untuk menentukan penyebab anemia:
§  Pendekatan kinetik
Pendekatan ini didasarkan pada mekanisme yang berperan dalam turunnya Hb.
§  Pendekatan morfologi
Pendekatan ini mengkategorikan anemia berdasarkan perubahan ukuran eritrosit (Mean corpuscular volume/MCV) dan respons retikulosit.

Pendekatan kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen:
o   Berkurangnya produksi sel darah merah
o   Meningkatnya destruksi sel darah merah
o   Kehilangan darah.

a.      Berkurangnya produksi sel darah merah
Anemia disebabkan karena kecepatan produksi sel darah merah lebih rendah dari destruksinya. Penyebab berkurangnya produksi sel darah merah:
·       Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat; dapat disebabkan oleh kekurangan diet, malaborpsi (anemia pernisiosa, sprue) atau kehilangan darah (defisiensi Fe)
·       Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell aplasia, mielodisplasia, infiltrasi tumor)
·       Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi)
·       Rendahnya trophic hormone untuk stimulasi produksi sel darah merah (eritropoietin pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] dan androgen [hipogonadisme])
·       Anemia penyakit kronis/anemia inl amasi, yaitu anemia dengan karakteristik berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari makrofag, berkurangnya kadar eritropoietin (relatif ) dan sedikit berkurangnya masa hidup erirosit.

b.      Peningkatan destruksi sel darah merah
Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100 hari). Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110-120 hari. Anemia hemolitik terjadi bila sum-sum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan untuk menggganti lebih dari 5% sel darah merah/hari yang berhubungan dengan masa hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.

Pendekatan morfologi
Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah pada apusan darah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel darah merah normal mempunyai volume 80-96 femtoliter (1 fL = 10-15 liter) dengan diameter kira-kira 7-8 micron, sama dengan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada apus darah tepi disebut makrositik. Sel darah merah yang berukuran lebih kecil dari inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic cell counter memperkirakan volume sel darah merah dengan sampel jutaan sel darah merah dengan mengeluarkan angka  mean corpuscular volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut. Angka dispersi tersebut merupakan koefisien variasi volume sel darah merah atau RBC distribution width (RDW). RDW normal berkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW menunjukkan adanya variasi ukuran sel.

Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi:
o   Anemia makrositik
o   Anemia mikrositik
o   Anemia normositik

a.      Anemia makrositik


Anemia makrositik merupakan anemia dengan karakteristik MCV di atas 100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh:
·       Peningkatan retikulosit
Peningkatan MCV merupakan karakteristik normal retikulosit. Semua keadaan yang menyebabkan peningkatan retikulosit akan memberikan gambaran peningkatan MCV
·       Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah merah (defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang mengganggu sintesa asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea)
·       Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom mielodisplasia, leukemia akut)
·       Penggunaan alkohol
·       Penyakit hati
·       Hipotiroidisme

b.      Anemia mikrositik


Anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik sel darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik biasanya disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit. Dengan penurunan MCH (mean concentration hemoglobin) dan MCV, akan didapatkan gambaran mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
·       Berkurangnya Fe: anemia dei siensi Fe, anemia penyakit kronis/anemia inl amasi, defi siensi tembaga.
·       Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam, anemia sideroblastik kongenital dan didapat.
·       Berkurangnya sintesis globin: talasemia dan hemoglobinopati.

c.      Anemia normositik


Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80-100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh:
·       Anemia pada penyakit ginjal kronik.
·       Sindrom anemia kardiorenal: anemia, gagal jantung, dan penyakit ginjal kronik.
·       Anemia hemolitik:
         Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah merah: Kelainan membran (sferositosis herediter), kelainan enzim (dei siensi G6PD), kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell).
         Anemia hemolitik karena kelainan ekstrinsik sel darah merah: imun, autoimun (obat, virus, berhubungan dengan kelainan limfoid, idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroangiopati (purpura trombositopenia trombotik, sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), dan zat kimia (bisa ular).

EVALUASI PENDERITA

Evaluasi penderita dengan anemia diarahkan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan:
§  Apakah penderita mengalami perdarahan saat ini atau sebelumnya?
§  Apakah didapatkan adanya bukti peningkatan destruksi sel darah merah (hemolisis)?
§  Apakah terdapat supresi sumsum tulang?
§  Apakah terdapat defisiensi besi? Apakah penyebabnya?
§  Apakah terdapat defisiensi asam folat dan vitamin B12? Apakah penyebabnya?

Riwayat penyakit
Beberapa komponen penting dalam riwayat penyakit yang berhubungan dengan anemia:
§  Riwayat atau kondisi medis yang menyebabkan anemia (misalnya, melena pada penderita ulkus peptikum, artritis reumatoid, gagal ginjal).
§  Waktu terjadinya anemia: baru, subakut, atau  life long. Anemia yang baru terjadi pada umumnya disebabkan penyakit yang didapat, sedangkan anemia yang berlangsung life long, terutama dengan adanya riwayat keluarga, pada umumnya merupakan kelainan herediter (hemoglobinopati, sferositosis herediter).
§  Etnis dan daerah asal penderita: talasemia dan hemoglobinopati terutama didapatkan pada penderita dari Mediterania, Timur Tengah, Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara.
§  Obat-obatan. Obat-obatan harus dievaluasi dengan rinci. Obat-obat tertentu, seperti alkohol, asam asetilsalisilat, dan antiinflamasi nonsteroid harus dievaluasi dengan cermat.
§  Riwayat transfusi.
§  Penyakit hati.
§  Pengobatan dengan preparat Fe.
§  Paparan zat kimia dari pekerjaan atau lingkungan.
§  Penilaian status nutrisi.

Pemeriksaan fisik
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multisistem dan untuk menilai beratnya kondisi penderita.
Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan:
§  adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural.
§ pucat: sensitivitas dan spesii  sitas untuk pucat pada telapak tangan, kuku, wajah atau konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi antara 19-70% dan 70-100%.
§  ikterus: menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik. Ikterus sering sulit dideteksi di ruangan dengan cahaya lampu artifisial. Pada penelitian 62 tenaga medis, ikterus ditemukan pada 58% penderita dengan bilirubin >2,5 mg/dL dan pada 68% penderita dengan bilirubin 3,1 mg/dL.
§  penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada talasemia.
§  lidah licin (atrofi  papil) pada anemia defisiensi Fe.
§  limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit ini ltratif (seperti pada leukemia mielositik kronik), lesi litik ( pada mieloma multipel atau metastasis kanker).
§  petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain.
§  kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia dei siensi Fe.
§ Ulkus rekuren di kaki (penyakit  sickle cell, sferositosis herediter, anemia sideroblastik familial).
§  Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun.

Pemeriksaan laboratorium
§      Complete blood count (CBC)
CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit, ukuran eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium, pemeriksaan trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus ditambahkan dalam permintaan pemeriksaan (tidak rutin diperiksa). Pada banyak automated blood counter, didapatkan parameter RDW yang menggambarkan variasi ukuran sel.
·       Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi
Apusan darah tepi harus dievaluasi dengan baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan automated blood counter.
·       Sel darah merah berinti (normoblas)
Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam sirkulasi. Normoblas dapat ditemukan pada penderita dengan kelainan hematologis (penyakit  sickle cell, talasemia, anemia hemolitik lain) atau merupakan bagian dari gambaran lekoeritroblastik pada penderita dengan  bone marrow replacement. Pada penderita tanpa kelainan hematologis sebelumnya, adanya normoblas dapat menunjukkan adanya penyakit yang mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal jantung berat.
·       Hipersegmentasi neutrofil
Hipersegmentasi neutroi l merupakan abnormalitas yang ditandai dengan lebih dari 5% neutrophil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih neutrofil berlobus >6. Adanya hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran makrositik berhubungan dengan gangguan sintesis DNA (dei siensi vitamin B12 dan asam folat).
·       Hitung retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitung retikulosit dapat berupa persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau  reticulocyte production index. Produksi sel darah merah efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit harus dibandingkan dengan jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia. Rumus hitung retikulosit terkoreksi adalah:

Hitung retikulosit terkoreksi = % retikulosit x hematocrit penderita
45

Faktor lain yang memengaruhi hitung retikulosit terkoreksi adalah adanya pelepasan retikulosit prematur di sirkulasi pada penderita anemia. Retikulosit biasanya berada di darah selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila retikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tulang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari. Hal ini terutama terjadi pada anemia berat yang menyebabkan peningkatan eritropoiesis. Perhitungan hitung retikulosit dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebut reticulocyte production index (RPI).

RPI = (retikulosit x hematokrit penderita / 45)
Faktor koreksi

Faktor koreksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Hematokrit penderita (%)
Faktor koreksi
40-45
1,0
35-39
1,5
25-34
2,0
15-24
2,5
<15
3,0

RPI di bawah 2 merupakan indikasi adanya kegagalan sumsum tulang dalam produksi sel darah merah atau anemia hipoproliferatif. RPA 3 atau lebih merupakan indikasi adanya hiperproliferasi sumsum tulang atau respons yang adekuat terhadap anemia.
·       Jumlah leukosit dan hitung jenis
Adanya leukopenia pada penderita anemia dapat disebabkan supresi atau infiltrasi sum-sum tulang, hipersplenisme atau defisiensi B12 atau asam folat.
Adanya leukositosis dapat menunjukkan adanya infeksi, inflamasi atau keganasan hematologi. Adanya kelainan tertentu pada hitung jenis dapat memberikan petunjuk ke arah penyakit tertentu:
o   Peningkatan hitung neutrofil absolut pada infeksi
o   Peningkatan hitung monosit absolut pada mielodisplasia
o   Peningkatan eosinofil absolut pada infeksi tertentu
o   Penurunan nilai neutrofil absolut setelah kemoterapi
o   Penurunan nilai limfosit absolut pada infeksi HIV atau pemberian kortikosteroid
o   Jumlah trombosit
Abnormalitas jumlah trombosit memberikan informasi penting untuk diagnostik. Trombositopenia didapatkan pada beberapa keadaan yang berhubungan dengan anemia, misalnya hipersplenisme, keterlibatan keganasan pada sumsum tulang, destruksi trombosit autoimun (idiopatik atau karena obat), sepsis, dei siensi folat atau B12. Peningkatan jumlah trombosit dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif, defisiensi Fe, inflamasi, infeksi atau keganasan. Perubahan morfologi trombosit (trombosit raksasa, trombosit degranulasi) dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif atau mielodisplasia.
·       Pansitopenia
Pansitopenia merupakan kombinasi anemia, trombositopenia dan netropenia. Pansitopenia berat dapat ditemukan pada anemia aplastik, defisiensi folat, vitamin B12, atau keganasan hematologis (leukemia akut). Pansitopenia ringan dapat ditemukan pada penderita dengan splenomegali dan splenic trapping sel-sel hematologis.
Evaluasi kadar hemoglobin dan hematokrit secara serial dapat membantu diagnostik. Contoh: Pada seorang penderita, Hb turun dari 15 g% menjadi 10 g% dalam 7 hari. Bila disebabkan oleh ganguan produksi total (hitung retikulosit = 0) dan bila destruksi sel darah merah berlangsung normal (1% per hari), Hb akan turun 7% dalam 7 hari. Penurunan Hb seharusnya 0,07 x 15 g% = 1,05 g%. Pada penderita ini, Hb turun lebih banyak, yaitu 5 g%, sehingga dapat diasumsikan supresi sumsum tulang saja bukan merupakan penyebab anemia dan menunjukkan adanya kehilangan darah atau destruksi sel darah merah.
Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel darah merah (MCV) dan RDW dapat dilihat pada table berikut:

MCV
Normal RDW
Peningkatan RDW
Mikrositik
(MCV <80 fL)
Talasemia, anemia inflamasi, trait hemoglobinopati
Defisiensi Fe, penyakit HbH, beberapa kasus anemia inflamasi, beberapa kasus talasemia, fragmentasi hemolisis
Normositik
(MCV 80-100 fL)
Anemia inflamasi, sferositosis herediter, trait hemoglobinopati, perdarahan akut
Awal atau partialy treated defisiensi Fe atau defisiensi vitamin, penyakit sickle cell
Makrositik
(MCV >100 fL
Anemia aplastic, mielodisplasia
Defisiensi B12, folat, anemia hemolitik autoimun, cold agglutinin disease, penyakit tiroid, alkohol
Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan berikut:


Klasifikasi anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan berikut:


Penyebab anemia normositik normokrom tanpa peningkatan respons retikulosit dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambaran morfologi apus darah tepi
Evaluasi
Leukoeritroblastosis
Proses mieloptisis: pemeriksaan sum-sum tulang untuk space accupying lesion (metastasis tumor, limfoma, mielofibrosis)
Leukosit abnormal
Leukimia, limfoma pemeriksaan sum-sum tulang
Rouleaux
Mieloma multiple: elektroforesis serum dan urine, foto tulang (lesi litik), pemeriksaan sum-sum tulang.
Tidak ada sel abnormal
Anemia inflamasi, anemia sideroblastik: evaluasi penyakit dasar, ferritin, TIBC, saturasi transferrin, pemeriksaan sum-sum tulang

Klasifikasi anemia mikrositik dapat dilihat pada bagan berikut:




Untuk membedakan anemia defisiensi Fe dengan anemia inflamasi dapat dilihat pada
bagan berikut:

 

Indikasi pemeriksaan sumsum tulang pada penderita anemia:
1.      Abnormalitas hitung sel darah dan/atau morfologi darah tepi
·       Sitopenia dengan penyebab tidak diketahui
·       Leukositosis dengan penyebab tidak diketahui atau disertai leukosit abnormal
·       Sel teardrops atau leukoeritroblastosis

Sel teardrops

 Leukoeritroblastosis

·       Rouleaux


·       Tidak ada atau rendahnya respons retikulosit terhadap anemia
2.      Evaluasi penyakit sistemik
·       Splenomegali, hepatomegali, limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya
·       Staging tumor: limfoma, tumor solid
·       Pemantauan efek kemoterapi
·       Fever of unknown origin (dengan kultur sumsum tulang)
·       Evaluasi trabekular tulang pada penyakit metabolic


RINGKASAN

Anemia (hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita) merupakan gejala dan tanda dari penyakit-penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya. Anemia dapat disebabkan karena berkurangnya produksi, meningkatnya destruksi atau kehilangan sel darah merah. Berdasarkan morfologi, anemia dapat diklasfikasikan menjadi anemia makrositik, anemia mikrositik, dan anemia normositik. Gejala klinis, parameter MCV, RDW, hitung retikulosit, dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab anemia.



DAFTAR PUSTAKA

Karnath BM. Anemia in the adult patient. Hospital Physician 2004:32-6.
Mehta BC. Approach to a patient with anemia. Indian J Med Sci. 2004;58:26-9.
Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders, p : 3-16.
Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited 2011, June 9]. Available from: www.uptodate.com
Schrier SL. Approach to the diagnosis of hemolytic anemia in the adult. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
Schrier SL. Macrocytosis. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
Teferi A. Anemia in adults : A contemporary approach to diagnosis. Mayo Clin Proc. 2003;78:1274-80.


No comments: