(Video Session 2)
Di sebuah Rumah Sakit, seorang dokter spesialis
kandungan bernama dr.Kartini Sp.OG. Dokter ini dihadapkan pada berbagai ragam
masalah dan situasi yang berbeda-beda dari para pasiennya, dan tugasnya adalah
membantu mereka mencarikan solusi yang terbaik atas masalah-masalah itu. Setiap
hari pasien berdatangan, disambut ramah oleh perawat yang bertugas di ruangan
dr.Kartini. Hubungan kerjasama dr.Kartini dengan perawat ini juga sangat baik.
Perawat ini kelihatan berbeda dengan perawat yang bertugas di meja resepsionis di
bagian depan yang suka membentak dan bersikap tidak ramah kepada salah seorang
pasien.
Suatu hari, seorang pasien bernama Ny.Lili datang memeriksa kandungannya. Ia merupakan salah satu korban kekerasan dalam rumah tangga, kelihatan dari bekas pukulan di wajah dan tubuhnya. Dokter sendiri merasa sangat prihatin melihat keadaannya sehingga muncul dorongan untuk menemukan solusi atas masalah tersebut demi keselamatan pasien serta bayi yang dikandungnya. Tapi sulit, karena Ny.Lili tidak cukup terbuka dalam menyampaikan masalahnya itu. Namun, dokter tetap berusaha karena menyadari tanggung jawabnya terhadap keselamatan pasien.
Suatu hari, seorang pasien bernama Ny.Lili datang memeriksa kandungannya. Ia merupakan salah satu korban kekerasan dalam rumah tangga, kelihatan dari bekas pukulan di wajah dan tubuhnya. Dokter sendiri merasa sangat prihatin melihat keadaannya sehingga muncul dorongan untuk menemukan solusi atas masalah tersebut demi keselamatan pasien serta bayi yang dikandungnya. Tapi sulit, karena Ny.Lili tidak cukup terbuka dalam menyampaikan masalahnya itu. Namun, dokter tetap berusaha karena menyadari tanggung jawabnya terhadap keselamatan pasien.
Masalah lain dari seorang pasien bernama Nn.Yanti,
bekerja sebagai seorang pelacur. Ia menderita kanker mulut rahim karena selalu
berganti-ganti pasangan. Ketika melihat hasilnya, seakan-akan ia tidak percaya dan
sangat berat baginya untuk bisa menerima kenyataan itu. Tapi dengan tenang,
dr.Kartini mencoba meyakinkan pasiennya bahwa hasil tersebut bukan sebuah vonis
dan menyuruh pasien untuk melakukan tes ulang. Dr.Kartini melakukan hal itu
agar pasien tidak cepat berputus asa. Meskipun pasien ini adalah seorang
pelacur, tapi dokter sama sekali tidak membeda-bedakannya dengan pasien yang
lain. Begitupun terhadap Rara, seorang siswi SMP, yang juga merupakan salah
satu pasien dr.Kartini. Anak ini hamil karena pergaulannya. Awalnya, ia tidak
khawatir. Tapi akhirnya, ia menyesali kejadian tersebut. Menurutnya, dokterlah
yang mengerti keadaannya serta sebagai tempat baginya untuk menceritakan apa saja
yang ia rasakan. Dan dokter pun bersedia mendengarkan dengan sukarela.
Kakaknya Rara bernama Ny.Ratna yang kebetulan juga
merupakan pasien dr.Kartini. ia bekerja sebagai buruh pabrik tekstil untuk
membiayai kehamilannya yang sudah dinantikannya selama 5 tahun lamanya. Pasien
ini bekerja dengan sangat keras, dr.Kartini mengakui ketegarannya itu. Melihat
usia kehamilan Ny.Ratna yang sudah memasuki bulan ke-9, dokter lalu mempertegas
masalah suami Ny.Ratna yang tidak pernah datang menyertainya untuk mengetahui
perkembangan janin mereka. Sepertinya dr.Kartini telah curiga bahwa ada sesuatu
yang tidak beres dengan suami Ny.Ratna. Dan ternyata benar, di luar dugaan
suaminya telah menikahi wanita lain. Nampaknya dr.Kartini adalah orang yang
cukup kritis melihat keadaan (sesuatu yang mungkin ganjil) menyangkut pasiennya.
Lain lagi dengan Ny.Lastri, pasien yang sering datang berkonsultasi
masalah persiapan kehamilan. Setiap kali datang, ia selalu didampingi oleh
suaminya. Dilihat dari keharmonisan hubungan mereka. Nampaknya, tak ada yang
perlu untuk dikhawatirkan. Dokter pun merasa sangat senang dan turut berbahagia
melihat keadaan keluarga yang seperti ini, terlihat dari raut wajahnya. Akan
tetapi, raut wajah itu surut ketika ia menyaksikan sebuah kebohongan dari suami
Ny.Lastri yang rupanya telah memiliki istri yang sementara mengandung. Namanya
Ny.Ningsih, yang juga merupakan pasien dr.Kartini. Mengetahui hal itu, dokter
menunjukkan rasa kekecewaan yang amat dalam, tapi ia mencoba menutupi dan tidak
memberitahukannya pada Ny.Lastri maupun Ny.Ningsih atas kebohongan itu. Karena
dr.Kartini selalu berusaha menjaga perasaan pasiennya.
Begitulah dr.Kartini memahami perasaan pasiennya dan
menghadapi mereka dengan sikap yang tenang. Ia melayani dengan sangat baik dan
bersikap profesional dalam menjalankan pekerjaan serta kewajibannya sebagai
seorang dokter.
Selain dr.Kartini. ada juga dokter lainnya, seperti
dr.Anton dan dr.Rohana. Mereka semua berbeda dalam menghadapi pasien. Terlihat ketika
mereka menghadapi seorang pasien yang datang bersama mertuanya yang bernama Pak
Broto. Pak Broto memiliki sebuah keyakinan bahwa anak yang lahir tepat pada
tgl. 10-10-2010 jam 10 akan lahir sehat. Namun tidak dari segi medis, akan
fatal akibatnya jika dipaksakan seorang anak lahir lebih cepat dari waktu yang
seharusnya. Sebelumnya dr.Anton telah melakukan inform consent atas
resiko-resiko yang akan mungkin terjadi. Namun, Pak Broto tetap pada
keinginannya untuk dilakukan sesar dan mengancam akan mencari dokter lain jika
tidak dilakukan. Tapi, dr.Anton menolak dengan alasan akan membahayakan jiwa
pasien dan calon bayinya. Dr.Kartini turut meyakinkan dan menegaskan kepada Pak
Broto tentang kemungkinan resiko yang akan terjadi nantinya. Tapi, Pak Broto
tetap memaksa. Dr.Rohana yang mengetahuinya waktu itu, tiba-tiba saja mengambil
alih. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mengambil keputusan untuk melakukan
sesar. Akhirnya, operasi pun berjalan atas kerjasama dr.Rohana dengan dr.Anton.
Keputusan yang diambil dr.Rohana ini sebenarnya adalah
keputusan yang sangat gegabah bagi seorang dokter karena sangat beresiko. Tapi
kelihatannya dr.Rohana tidak gentar. Ia berani dan optimis. Tapi itu tidak
cukup menjadi alasan untuk melakukan suatu tindakan yang beresiko. Harusnya ada
pertimbangan terlebih dahulu tentang seberapa besar resiko yang mungkin terjadi,
lebih baik melakukan diskusi atau menerima masukan dari dokter lain.
Mungkin sikap yang terlalu berani dari dr.Rohana ini,
yang menjadikan hubungan dr.Rohana dengan dr.Kartini tidak begitu baik. Saat
sedang berbincang, dr.Rohana sering menanyakan hal-hal yang sifatnya pribadi,
sementara dr.Kartini tidak menyukai hal itu, apalagi terhadap orang yang baru
dikenalnya. Berbeda dengan dr.Anton yang sudah lama dikenalnya, mereka menjalin
hubungan yang sangat akrab satu sama lain.
Tapi bagaimanapun hubungan antar dokter di sini, tidak
dibawa masuk ke dalam masalah pasien. Mereka bisa memisahkan antara masalah
pribadi dan masalah-masalah medis menyangkut pasien. Kerjasama mereka dalam
melakukan tindakan medis tetap berjalan lancar dan sangat baik.
No comments:
Post a Comment